"Duit gede ora mungkin cepet, duit cepet ora mungkin gede."

1 minute read

 "Duit gede ora mungkin cepet, duit cepet ora mungkin gede."

Mungkin nasehat eyang Martowiyono ini terdengar sederhana, atau bahkan dianggap 'angin lalu' saja. Banyak pula yang menganggap ini hanya sebuah metafora untuk sabar, sakdermo ing pandum - kata orang Jawa.
Saya sendiri pun baru menyadari arti nasehat tersebut di tahun-tahun berikutnya, setelah eyang Marto sendiri sudah tidak ada.
Duit gede ora mungkin cepet - uang besar tidak mungkin datang cepat.
Duit cepet ora mungkin gede - uang cepat tidak mungkin besar.
Gede di sini tidak selalu diartikan besar atau kekayaan. Gede bisa diartikan sesuatu yang membawa 'bagyo' (bukan bejo). Bagyo adalah bahagia (bhs Jawa).
Duit gede tentu perlu perencanaan, perlu tahap dan proses, maka dari itu tidak datang cepat atau instan.
Memang, iming2 cepat dan instan ini sangat menggiurkan. Siapa yang tidak mau dapat uang cepat?
Tapi dapatkah semua hal (tidak hanya uang) datang dengan cepat dengan nominal besar, konsisten dan bertahan lama?
Kalau kita mengingat salah satu hukum alam, law of growth - hukum pertumbuhan, maka semua hal tentu perlu proses. Lalu kalau sebuah pertumbuhan perlu proses, mengapa ada yang tergiur bahwa uang bisa datang instan dalam jumlah besar?
Pagi ini sungkem saya buat eyang Marto atas pengingatnya, bahwa, "Duit gede ora mungkin cepet, duit cepet ora mungkin gede."
Gud Murning!