Ketika Masa Lalu Menjadi Penyesalan dan Masa Depan Hanyalah Bayangan
Di suatu sudut kota yang sibuk, hidup seorang pemuda bernama Jaka. Ia dikenal sebagai pribadi yang selalu kecewa dengan masa lalunya dan bermimpi tentang masa depan yang cerah. Sayangnya, bagi Jaka yang memiliki bakat kecewa, masa depan sering kali mengecewakan begitu menjadi masa kini. Akibatnya, ia lebih suka membayangkan masa depan yang tak pernah datang, dan kesulitan untuk menikmati masa kini, karena selalu ada di depan.
Jika masa lalu terus dianggap salah, dan masa depan dijadikan impian, maka masa kini akan selalu diremehkan. Bagi Jaka, menghentikan kebiasaan menyalahkan masa lalu dan menggantungkan harapan pada masa depan amat sulit. Karena itu, banyak masa kini yang terbuang sia-sia.
Sebagai contoh, Jaka bermimpi bebas dari banjir, namun tetap membuang sampah dengan sembarangan di masa kini. Masa depan yang cerah baginya seolah-olah bayi yang tak pernah dikandung, tetapi ingin dilahirkan. Logika ini rancu, bagaimana mungkin mengharapkan kelahiran tanpa mengandung?
Mengandung adalah proses yang harus dijalani, kelahiran adalah hasil dari pengorbanan. Hasil tanpa usaha ibarat kredit tanpa cicilan, hal ini tak mungkin terjadi! Jaka harus menyadari bahwa untuk mencapai masa depan yang diimpikannya, ia harus bekerja keras dan menjalani tirakat di masa kini.
Melalui kisah Jaka, kita diajarkan bahwa menjalani masa kini dengan sungguh-sungguh adalah kunci untuk meraih masa depan yang diidamkan. Jangan terlalu larut dalam penyesalan masa lalu atau terjebak dalam angan-angan masa depan, karena kebahagiaan sejati terletak pada apa yang kita lakukan di masa kini.
Mari kita hargai setiap detik yang kita miliki, karena itulah jembatan menuju masa depan yang lebih baik. Ingat, hanya dengan menghargai masa kini, kita dapat menjadikan masa depan yang diimpikan menjadi kenyataan.
Posting Komentar