Ketika Perpisahan dan Ketakutan Masa Depan Bersatu

1 minute read

Di tengah kegembiraan kelulusan yang seratus persen, dengan aku menjadi bagian dari kesuksesan itu, kami semua berteriak gembira. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di dada, sebuah kesedihan yang tak terungkapkan.

Aku berpikir, mungkin kesedihan itu berasal dari perpisahan yang tak bisa dihindari. Perpisahan dari kenangan indah di sekolah, guru-guru yang telah membimbing, teman-teman yang selalu ada, dan penjaga sekolah yang selalu setia menjaga. Soal-soal yang dulu terasa biasa, kini terasa begitu berharga saat perpisahan sudah di depan mata.

Kala itu, aku hanya bisa membayangkan kesedihan yang muncul dari perpisahan. Namun, rupanya ada sumber kesedihan lain yang kini mulai terkuak. Sumber kesedihan yang dulu tersimpan rapat di dalam hati, tanpa aku sadari, namun selalu kurasakan. Ada rasa yang terasa, tapi tak kutahu apa.

Sumber kesedihan itu adalah rasa takut akan masa depan yang penuh ketidakpastian. Dulu, aku tak pernah menyadari betapa berharganya masa-masa sekolah yang penuh kehangatan dan kebersamaan. Kini, saat aku harus melangkah ke dunia yang lebih luas, aku merasa cemas dan takut. Namun, aku tak bisa mengungkapkannya, seolah-olah rasa itu hanya bisa kupegang sendiri.

Mungkin, inilah yang membuat hatiku gelisah, mengapa kesedihan tak pernah sepenuhnya hilang meski kebahagiaan kelulusan menyelimuti. Ketakutan akan masa depan, harapan yang menggantung, dan kehilangan yang tak terelakkan.

Namun, dengan setiap langkah yang kujalani, aku mulai menyadari bahwa kesedihan itu adalah bagian dari perjalanan hidup. Dari kesedihan itulah, aku belajar untuk menghadapi masa depan dengan keberanian dan tekad. Karena, dalam setiap perpisahan, selalu ada awal yang baru menanti.