Menjadi Agilist: Bergerak Produktif, Adaptif, dan Terbuka dalam Era VUCA

2 minute read

 Hai semuanya!

Pernahkah kalian mendengar tentang Agile? Pertama kali saya mengenal Agile ketika saya kuliah S2 di mata kuliah rekayasa perangkat lunak. Namun, saya baru benar-benar mempelajarinya karena adanya tugas. Dalam pengembangan project, kita harus mengetahui beberapa metode pengembangan project seperti XP, Sprint, Waterfall, dan Agile.

Agile (tangkas) adalah satu pola pikir dan kebiasaan yang sangat penting. Ada tiga poin penting dalam Agile, yakni: (1) mengindentifikasi masalah dan/atau peluang, (2) bergerak menindaklanjutinya, dan (3) melakukan keduanya secara iteratif tanpa henti dan dengan periode yang singkat.

Saya menemukan sebuah buku yang bagus di Google Playbook yang berjudul "Agile Done Well" karya Amin Leiman. Menariknya, buku ini diciptakan dengan menggunakan konsep Agile dalam waktu satu bulan dengan target delapan lembar perhari.

Menjadi seorang yang agilist mempunyai makna yang multitafsir dan luas. Seorang agilist itu orang yang terus maju, produktif dan adaptif. Seorang agilist harus siap dengan VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, and Ambigue). Istilah ini awalnya diciptakan oleh militer Amerika untuk menggambarkan situasi geo-politik saat itu, namun kini diadopsi oleh dunia bisnis.

Setiap individu maupun organisasi yang siap membuka diri untuk menerapkan Agile dapat langsung meraup nilai tambah yang ditawarkan oleh Agile yaitu peningkatan produktivitas yang luar biasa. Kita selalu dituntut untuk meninggalkan zona nyaman dan didorong untuk mencoba sesuatu yang baru untuk menambahkan nilai.

Keterbukaan dari pembelajar Agile adalah kunci keberhasilan dari penerapan Agile. Setiap organisasi yang ingin melalukan perubahan dapat menerapkan agile untuk menciptakan dunia yang baru, yang jauh dari birokrasi dan proses tradisional yang kadaluwarsa.

Pixar Animation Studios, atau hanya Pixar, merupakan salah satu raksasa pengembang software yang menggunakan konsep Agile dan Kaizen (continuous improvement) dalam pengembangan film animasinya seperti Toy Story. Intinya, lakukan sesuatu dan eksekusi ide karena produk akan sempurna seiring berjalannya waktu.

Indonesia dibawah kepemimpinan Menteri Nadiem Makarim juga terlihat menggunakan konsep Agile dalam pendidikannya. Kendaraan berat ini mencoba diarahkan menjadi kendaraan yang lincah dan cepat. Adaptif dengan perubahan zaman, namun sepertinya bukanlah perkara yang mudah dilakukan.

Jadi, menjadi agilist intinya selalu bergerak produktif, adaptif, dan terbuka.