Menjemput Anak dan Melihat Masa Depan: Mengamati Pendidikan dengan Rasa Cemas dan Harapan

Setiap hari, menjemput anak pulang sekolah menjadi bagian penting dalam rutinitas saya. Semakin lama, saya semakin menikmati pekerjaan ini karena berbagai nilai yang terkandung di dalamnya. Ada nilai kesenangan, seperti bertemu teman-teman anak yang menarik perhatian dengan kecantikan, kecerdasan, atau naluri keibuan mereka saat menuntun anak-anak mereka.

Namun, ada pula nilai yang lebih serius, seperti soal pendidikan itu sendiri. Mengantar dan menjemput anak setiap hari memang bukan perkara mudah; lalu lintas semakin padat, tempat parkir semakin sulit ditemukan, dan biaya sekolah yang terus meningkat.

Kendati begitu, pikiran saya tertuju pada anak-anak yang harus menjalani proses pendidikan ini. Tas mereka yang berat, banyaknya pelajaran, dan waktu yang dihabiskan di sekolah membuat saya cemas dan rindu pada masa sekolah dulu. Rindu akan kenangan, namun juga cemas akan masa depan anak-anak ini.

Ada dua soal prinsipil yang menjadi kekhawatiran saya: metodologi dan kejujuran. Metodologi pendidikan yang hingga kini masih diperdebatkan, membuat kita khawatir apakah kurikulum yang diberikan telah mempersiapkan anak-anak kita untuk menghadapi masa depan. Apakah anak-anak ini menjadi objek industri dengan pendidikan sebagai kedoknya?

Jika masalah hanya kurikulum yang keliru, mungkin kita tidak perlu terlalu khawatir, karena kekeliruan adalah bagian dari pembelajaran. Namun, jika kekeliruan tersebut disebabkan oleh ketidakjujuran, maka permasalahan menjadi lebih serius.

Di negeri kita ini, ketidakjujuran bisa merambah ke mana-mana, termasuk pendidikan dan ibadah. Oleh karena itu, saya berdoa agar sekolah, tempat anak-anak kita menghabiskan waktu yang panjang, dijaga dari perilaku-perilaku yang tidak seharusnya ada di sana.

Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak kita semua untuk selalu mengawasi dan mendukung pendidikan anak-anak kita. Kita harus terus berusaha agar pendidikan di negeri ini menjadi lebih baik, agar anak-anak kita memiliki masa depan yang cerah, tanpa harus mengorbankan masa kini yang berharga.